Headline

Gilas Petenis 98 Dunia, Begini Pengakuan Priska dan Dedy Prasetyo

Aksi memukau Priska Madelyn Nugroho saat menggilas petenis unggulan teratas WTA Tour W100 Takasaki,Tatjana Maria, peringkat 98 dunia, Jumat (22/11/2024).

Foto: Dok. Priska Madelyn Nugroho.

JAKARTA – Petenis tunggal putri nomor satu Indonesia Priska Madelyn Nugroho, unjuk gigi di Turnamen W100 Takasaki, Jepang. Priska membuat kejutan ketika sukses menggilas unggulan utama Tatjana Maria berkebangsaan Jerman dan menembus semifinal dengan menjungkalkan dua jagoan tuan rumah Jepang.

Penampilan Priska di Turnamen W100 Jepang menyita perhatian publik tenis Jepang tatkala bintang tenis tunggal putri Indonesia itu secara mengejutkan menyingkirkan Tatjana, pemilik peringkat 98 dunia, dengan skor 7-5, 7-6.

Mengejutkan karena peringkat Priska dan Tatjana sangat jauh. Meski usianya sudah 37 tahun, petenis profesional Jerman itu berada di peringkat 98. Jauh di atas Priska yang masih bertengger di posisi 484.

Pada November 2017, ia mencapai peringkat tunggal terbaiknya di posisi 46 dunia. Pada Juni 2016, ia mencapai posisi puncak nomor ganda, di nomor 54 dunia. Ia memenangkan tiga gelar tunggal dan empat gelar ganda di WTA Tour, 16 gelar tunggal dan 15 gelar ganda di Sirkuit ITF. Dua tahun lalu, ia menembus semifinal turnamen bergengsi Grand Slam Wimbledon.

Petenis profesional Jerman Tatjana Maria.

Pertanyaannya, bagaimana ceritanya sampai Priska bisa menghempaskan Tatjana, petenis timnas putri Jerman di ajang Fed Cup periode 2006-2011 dan 2018-2020?

Begini pengakuan Priska: “Lawan banyak bermain dengan pukulan slice, aku bisa mengatasinya dengan banyak finishing execute di net,” tulis Priska lewat pesan singkat yang diterima pelti.org, Sabtu (23/11/2024).

Kemenangan spektakuler itu mempertebal kepercayaan diri Priska. Langkah Priska pun relatif enteng di babak kedua. Apalagi lawan yang dihadapi petenis peringkat 623, Akiko Omae. Dari sisi peringkat, Priska memang diunggulkan.

Meski begitu, permainan berlangsung ketat karena Akiko Omae tidak ingin dipermalukan di depan pendukung tuan rumah. Namun, dengan kepercayaan diri yang tinggi, Priska pun menyudahi perlawanan Akiko dengan skor cukup meyakinkan 6-2 6-4 dan berhak melaju ke perempatfinal.

Priska menghadapi tantangan lebih berat di babak perempat final. Lawan yang dihadapi, Haruka Kaji, berperingkat 267, hampir 200 tingkat di atas Priska. Selain itu, Priska harus meredam ambisi tinggi Haruka Kaji sebagai petenis tuan rumah.

Namun, Priska lagi-lagi sukses melewati tantangan Haruka Kaji. Priska menggasak jagoan tuan rumah itu dengan skor 6-2, 7-6. Priska menggenggam tiket semifinal.

Tekad Priska lolos ke final untuk meraih gelar bersejarah akhirnya sirna di babak empat besar. Sensasi Priska terhenti di semifinal. Langkahnya dihentikan oleh jagoan tuan rumah lainnya, Aoi Ito, yang menduduki posisi 150 dunia. Priska menyerah 1-6, 4-6.

“Aoi Ito bermain dengan lebih rapih. Ia juga sangat tricky,” begitu pengakuan sportif Priska.

Aksi Priska Madelyn Nugroho di Turnamen W100 Takasaki, Jepang.

Melejit ke Posisi 408

Meski gagal meraih gelar juara, melaju hingga babak semifinal di Turnamen W100 Takasaki adalah pencapaian hebat. Dia juga tampil dengan menggunakan protect rangking dan sukses mengalahkan peringkat 98, Tatjana Maria di babak pertama. Hasil ini menaikkan rangking Priska 76 anak tangga: dari 484 ke posisi 408.

Protect ranking artinya ranking terakhir sebelum cedera dan berhenti mengikuti tournament diprotect, sehingga rankingnya bisa dipakai lagi saat sudah pulih dari cederanya saat mulai bertanding lagi. Jadi ranking terakhirnya tdk turun karena di- protect.

Ketua umum Pelti Nurdin Halid mengapresiasi pencapaian Priska di Turnamen W100 Takasaki Jepang. Nurdin berharap, Priska terus memacu diri untuk meraih hasil terbaik di berbagai turnamen internasional. Hal itu sejalan dengan target Pelti lewat Program Road To Olimpiade 2028.

“Semoga prestasi di Jepang ini semakin memicu semangat Priska untuk terus mengukir prestasi di berbagai turnamen internasional,” harap Nurdin Halid, ketua umum PSSI 2003-2011.

Perjuangan Priska di Jepang memang belum usai. Priska bercerita, pekan depan dirinya masih melanjutkan perjuangan di Negeri Sakura itu. Ia pun berharap terus mendapat dukungan dari Pelti dan publik tenis di Tanah Air dalam sepakterjangnya di arena internasional.

“Minggu depan saya masih bermain di Jepang, di ITF W50 Yokohama. Saya akan berusaha keras agar mencapai hasil terbaik. Karena itu, saya selalu meminta dukungan dari masyarakat tenis di Tanah Air,” ujar Priska.

Jalan Berliku Menuju Olimpiade 2028

Apresiasi tinggi juga disampaikan Dedy Prasetyo, ketua bidang Pembinaan Prestasi Pelti 2024-2028. Menurut Dedy, Priska memiliki sejumlah ‘persyaratan’ untuk menjadi petenis profesional yang mampu bersaing di level atas tenis dunia.

“Prisca adalah pemain berbakat dan mempunyai strong work ethic dengan great mentality, memiliki excellent playing behavior and smart. Semua itu modal penting bagi Priska untuk bersaing di level atas tenis profesional dunia,” ujar Dedy yang juga dikenal sebagai pelatih kondang di dunia tenis Indonesia.

Dedy mengakui tahu persis sosok Priska karena dirinya yang menangani dan membesarkan nama Priska di dunia tenis nasional.

“Saat Saat usia 9 tahun, Prisca berlatih di Detec yang saya pimpin. Dia 5 tahun 5 bulan berlatih di Detec hingga usia menjelang 15 thn. Kemudian dia pindah ke Bandung. Dan, sekarang berlatih di Thailand kalau tidak salah,” cerita Dedy.

Karena itu, Dedy meyakini, perjalanan Priska yang masih muda (21 tahun), akan terus melejit di tahun-tahun mendatang.

“Sekarang, kata Dedy, tinggal bagaimana menyusun planning ke depannya (purposeful training with quality and appropriate competitions), papar Dedy.

“Keseimbangan intensitas yang memadai dan tepat akan menghasilkan kondisi kesiapan mental dan fisik yang optimal (physiological-psychological arousal). Dengan kata lain, pemain berada dalam posisi untuk memainkan yang terbaik,” tambah Dedy lagi.

Hal itu, kata Dedy, menjadi salah satu concern Bidang Pembinaan Prestasi yang dipimpinnya dalam melaksanakan Program Road To Olimpiade 2024. Di satu sisi, para petenis elit nasional harus semakin banyak terjun di berbagai turnamen internasional.

“Karena karir profesional seorang petenis bukan di event atau turnamen domestik, tapi turnamen internasional. Di sanalah mereka berkembang secara teknik, mental, dan fisik. Semua itu akan menaikkan level kualitas tim nasional tenis kita,” Dedy menjelaskan.

Di sisi lain, lanjut Dedy, para petenis elit nasional ini harus memiliki tim pendukung, terutama pelatih tenis modern berkualitas memadai yang mendampingi petenis dalam international tour. Jika tidak, para petenis internasional tidak akan optimal dalam setiap turnamen internasional yang diikuti.

Dedy menjelaskan, selain pelatih teknis, tim pendukung lainnya yang penting ialah SnC (Strength and Conditioning) dan physio coach yaitu orang yang membantu pemulihan kondisi physik pemain. Misalnya, sehabis bertarung rubber set agar besok kondisinya bisa pulih kembali.

“Jadi, harus ada tim pendukung selain tennis coach yang mendampingi petenis seperti Priska ini dalam tour (SnC n/or physio coach). Konsekuesinya tidak mudah karena keterlibatan tim pendukung akan memiliki resiko finansial yang sangat berat,” ujar Dedy lagi.

“Inilah persoalan utama mengapa pemain tenis Indonesia sulit bersaing di level atas tenis dunia. Hanya satu dua pemain saja yang bisa tembus antara 50-100 ATP/WTA,” terang Dedy.

Untuk mengatasi masalah mendasar di atas, Dedy pun menaruh harapan besar terhadap kepemimpinan Nurdin Halid di Pelti yang mengusung Visi Pelti 2045 Membangun Industri Tenis Menuju Indonesia Emas 2045. Sebab, hanya dengan ekosistem industri tenis yang bertumbuh sehat, dukungan dunia usaha akan besar dan nyata.

“Tanpa ekosistem industri tenis yang baik, para petenis kita akan sulit mendapatkan dukungan sponsorship yang memadai. Tanpa dukungan sponsorship, prestasi tinggi pun akan semakin dicapai,” pungkas Dedy.

Editor : Yosef Tor Tulis

Foto-foto : Dokumen Priska Madelyn Nugroho

author-avatar

Tentang PELTI

Persatuan Lawn Tenis Indonesia, disingkat PELTI, adalah organisasi pengatur olahraga tenis di Indonesia. Didirikan pada tanggal 26 Desember 1935, PELTI memiliki peran promosi, menyediakan pendanaan untuk pengembangan pemain, mengatur turnamen profesional dan junior, dan mengelola tim Indonesia di Piala Fed dan Piala Davis.

Tinggalkan Balasan